Pulau Ubin ialah pulau kecil (seluas +
10 km²) yang terletak di timur laut pulau utama Singapura, di
samping Pulau
Tekong.. Menurut orang-orang Melayu, pulau ini juga dikenal sebagai Pulau
Batu Ubin. Batu-batu di pulau ini digunakan untuk membuat ubin lantai pada masa
lalu dan dipanggil "Jubin", yang kemudian disingkat Ubin, sehingga di
sini banyak tambang granit
yang sudah ditinggalkan.
Untuk pergi ke tempat ini, anda pergi ke Changi Point
Ferry Terminal lalu naik kapal kecil, yang maksimal penumpangnya 12
orang, dengan tujuan Pulau Ubin. Ongkosnya SGD 2,5 per orang dan SGD 2,5 per sepeda. Jadi jika Anda membawa sepeda sendiri, anda harus bayar ongkos tambahan untuk sepeda Bagi anda tidak
membawa sepeda sendiri, tidak perlu kuatir, karena banyak jasa sewa sepeda
disini. Untuk sewa sepeda, anda perlu merogoh kocek sebesar SGD 10 per sepeda.
Kalau datang rombongan, lebih murah jika menyewa sepeda tandem
Pulau ini disebut kampung terakhir di Singapura, sehingga kehidupan kampung masih begitu terasa di sini. Nuansa
alam yang damai, udaranya yang bersih dan suara bising kendaraan bermotorpun jarang terdengar di sini. Makanan di
sinipun lebih lezat ketimbang makanan yang ada di kota, mungkin karena
sayurannya masih segar dan dagingnyapun bukan hasil karbitan seperti daging
yang dihasilkan oleh peternakan komersil yang canggih.
Biasanya yang datang ke sini adalah turis-turis lokal
atau orang-orang yang bekerja di Singapore yang ingin refreshing
dan melepas stress dari hiruk pikuk
kehidupan kota. Mereka ingin santai menikmati nuansa desa di Pulau Ubin ini
dengan bersepeda mengeliling Pulau Ubin ini sambil menghirup udaranya yang
segar. Ada juga yang datang untuk camping/berkemah di sini atau sekedar berjalan-jalan santai sambil
berburu objek foto alam yang fantastis..
Ketika kami berkeliling naik sepeda, banyak
buah durian yang berserakan di pinggir jalan. Pikiran langsung membayangkan nikmatnya
makan buah durian ( ...nyam...nyam....)..Wah, air liur kami langsung menetes. Weeeiitsss...tapi
harus tanya aturan disini dulu sebelumnya..Sekedar info, makan durian di Pulau
Singapura bisa kena denda SGD 500 atau sekitar 5 jutaan..apa gak “gurih banget”
tuh....hehehe. Setelah bertanya-tanya ke
orang-orang, dimana pembelinya dan berapa harganya, kami mendapat info kalau
yang berserakan itu adalah buah durian liar, maka......tanpa dikomando, tanpa
basabasi dan tanpa permisi, kami langsung mencari durian yang besar dan layak
konsumsi. Persis seperti anak kecil ketika berada di kebun durian..heheheh...Dan
kejadian selanjutnya adalah Hajaaaarrrr Bleeehh.....hehehehe
Legenda dan Sejarah
Legenda mengatakan bahwa Pulau Ubin terbentuk saat 3 binatang dari
Singapura ( katak,
babi dan gajah) menantang satu
sama lain berlomba mencapai pesisir Johor. Binatang yang kalah akan berubah menjadi batu. Ketiganya
menjumpai banyak kesulitan dan tak sanggup mencapai pesisir Johor. Oleh karena
itu, secara bersama-sama gajah dan babi berubah menjadi Pulau Ubin sedangkan
katak menjadi Pulau Sekudu atau Pulau
Katak.
Pertambangan granit membuat beberapa ribu pemukim pada 1960an tinggal
disini, namun sekarang tinggal sekitar 1.000 penduduk. Pulau ini adalah salah
satu dari sangat sedikitnya pulau lepas pantai di Singapura yang tetap dihuni.
Ketika ada wabah flu burung
dari Malaysia,
maka pada 3 Juni
2005, pemerintah
Singapura memerintahkan bahwa seluruh petani yang memelihara unggas di pulau
itu untuk dikapalkan ke tanah utama Singapura dan tinggal di perkebunan yang
diakui pemerintah dari 17 Juni 2005. Dalam pertukaran itu, penduduk asli ditawari paket
perumahan HDB, walau mereka dapat memilih
tinggal di pulau itu.
Pulau Ubin merupakan salah satu wilayah terakhir Singapura yang telah
dilindungi dari perkembangan kota, pemusatan pembangunan, dan sebagainya
Desa rumah dan dermaga kayu Pulau
Ubin, penduduknya yang santai, margasatwanya yang kaya dan dilindungi, bekas
pertambangan dan tanaman, dan sifat dasarnya yang tak tersentuh pada umumnya
membuatnya jadi saksi terakhir "kampong" Singapura kuno yang ada
sebelum masa industri modern dan rencana pengembangan.
Proyek pengembangan pemerintah pada
pulau ini dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi kontroversial, meskipun
pada akhir pembahasan telah menemukan solusinya yaitu melalui pengembangan yang
dikontrol pemerintah.
Walau pengembangan terakhir sudah
dibatasi hanya untuk pelebaran jalan kecil untuk sepeda, bangunan pelindung
untuk pejalan dan fasilitas untuk pengunjung, dan juga sudah dilakukan secara
bijaksana, namun hal ini telah mengubah wajah dan alam Pulau Ubin dari tak
tersentuh menjadi terencana, dan hal ini membuka jalan untuk pembangunan masa
depan.
Masa depan pulau ini ada di tangan
orang-orang Singapura, namun statusnya sebagai saksi gaya hidup kuno
kemungkinan akan lenyap dengan generasi "kampung" terakhir.
Obyek Wisata
Meski pulau ini menarik perhatian
untuk pembangunan, tetapi dalam tahun-tahun terakhir ini, banyak pengunjung dari
Singapura datang ke Pulau Ubin untuk perkemahan musim panas anak-anak dan
kegiatan di luar rumah. Dan jumlah pengunjungnya dari tahun ke tahun semakin
meningkat.
Selain wisata alamnya, seperti Bersepeda, jalan santai, camping/berkemah,
mengamati burung, foto alam, memancing dan trekking, ada satu obyek
wisata yang terkenal di
pulau ini yaitu Tanjung Chek Jawa. Disini
ada karang / koral yang masih asli dan sudah ada 5.000 tahun yang lalu, dengan
sejumlah margasatwa laut, seperti kelinci laut, gurita, bintang laut, ikan, bunga
karang, sotong dan sebagainya
Pengunjung dapat mengelilingi pulau
ini dengan bumboat 10 menit yang berjalan dari dermaga Changi Village. Harganya
ialah SGD 2 per orang
Jika Sobat adalah orang yang suka dengan wisata petualang, maka tidak akan rugi klo mengunjungi tempat ini ketika berada di negara Singapura.......:-)