Jumat, 13 Desember 2013

Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah


Tugu Muda Semarang terletak di tengah persimpangan Jalan Pandanaran, Jalan Mgr Sugiopranoto, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pemuda dan Jalan Dr. Sutomo. Sebelah Utara Tugu Muda ini terdapat Gedung Pandanaran di sebelah Timur terdapat Lawang Sewu, di sisi selatan berhadapan dengan Museum Mandala Bhakti, serta di sebelah barat Tugu Muda terdapat Wisma Perdamaian, Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah dan Gereja Katedral Semarang
Tugu Muda adalah sebuah monumen yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang melawan penjajah Jepang. Tugu Muda ini menggambarkan tentang semangat berjuang dan patriotisme warga Semarang, khususnya para Pemuda yang gigih, rela berkorban dengan semangat yang tinggi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada Umumnya dan mempertahankan kota Semarang pada khususnya. 

Sejarah 
Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945, oleh Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah) pada lokasi yang direncanakan semula yaitu didekat Alun-alun. Namun karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali,namun karena kesulitan dana, ide ini juga belum terlaksana. 
Tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi tempat terjadinya peristiwa pertempuran lima hari di semarang yakni di pertemuan Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan Lawang Sewu seperti lokasi sekarang ini. Akhirnya pada tanggal 10 Nopember 1951, Gubernur Jawa Tengah Boediono meletakkan batu pertama di lokasi yang baru ini.
Tugu muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, oleh Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro. Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari Kaliurang dan Paker.

Arsitektur
Tugu Muda berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekeliling tugu.
Untuk mempercantik Tugu Muda, dibangunlah sebuah taman yang mengelilingi Tugu Muda. Di taman ini di beri beberapa ornamen supaya tugu muda dapat dijadikann sebagai taman kota, antara lain ada air mancur, lampu-lampu warna putih dan kuning yang akan menambah kesan anggun di malam hari. Pada taman terdapat pohon cemara, duplikasi senjata bambu runcing yang tegak berdiri berjajar sebanyak 5 (lima) buah yang menggambarkan Pertempuran lima hari di Semarang dengan bersenjatakan bambu runcing.
Pada bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga pilar,yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam relief,juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila
Pada tiap-tiap sangga terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain yaitu:
  Relief Hongerodeem
Menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan banyak yang menderita kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar merajalela di kalangan masyarakat
       Relief Pertempuran
Menggambarkan betapa besar gelora semangat serta keberanian para pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan negara dan bangsanya
  Relief Penyerangan
Melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak penjajahan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan
  Relief Korban
Menggambarkan bahwa dalam pertempuran Lima Hari di Semarang, banyak rakyat yang menjadi korban.
  Relief Kemenangan
Menggambarkan hasil jerih payah dan pengorbanan yang telah membasahi kota Semarang

Kalau anda berkunjung ke Semarang, sebaiknya sempatkan waktu untuk mengunjungi dan melihat Ikon Kota Semarng ini...:-)

Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia


Ketika masih kuliah di jurusan Arsitektur, saya sudah ingin sekali mengunjungi ke salah satu bangunan bersejarah yang berciri arsitertur Gothic ( maaf..bukan Goyang Itik...hehe ), terletak di tengah Kota Semarang, Jawa Tengah. Bangunan ini juga termasuk dalam bangunan konservasi yang dilindungi seperti yang tertuang di Surat Keputusan Walikota Semarang no. 650/50/1992 dan Undang Undang no. 5 tahun 1992 yang diperbarui dengan Undang Undang no.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Untuk menuju bangunan ini bisa ditempuh dari berbagai arah dan berbagai cara :
   1. Dari  arah Selatan  kota  Semarang ( dari arah Solo ), turun
       di Sukun  atau  swalayan Ada-Banyumanik terus naik  BRT
       koridor II dan turun di halte Tugu Muda
   2. Dari arah Barat  kota Semarang ( dari  arah Kendal ), turun
       di  Terminal Mangkang  lalu  naik BRT  koridor I  dan turun
       di halte Tugu Muda
   3. Dari arah Timur  kota  Semarang ( dari  arah  Purwodadi ),
       turun di terminal  Penggaron  lalu  naik BRT koridor I  dan
       turun di halte Gereja Katedral atau halte Tugu Muda.
   4. Dari arah  Utara  kota  Semarang ( dari  arah  Demak  atau
       Kudus), turun  di  terminal Terboyo  lalu  naik BRT koridor I
       dan turun di Tugu muda
Bangunan yang dibangun pada 1904 sampai 1907, dulunya bernama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij ( NIS ) atau Jawatan Kereta Api yang berada di Wilhelminaplein ( sekarang: bundaran Tugu Muda). Disebut LawangSewu dikarenakan bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar yang besarnya lebih mirip pintu (jawa: Lawang )
Pada masa perjuangan kemerdekaan yaitu pada pertempuran 5 hari di Semarang (14 - 19 Oktober 1945 ), bangunan ini pernah menjadi lokasi pertempuran hebat antara AMKA ( Angkatan Muda Kereta Api ) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Setelah kemerdekaan, pernah menjadi kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia /DKRI ( sekarang : PT Kereta Api Indonesia ) dan Kantor Badan Prasarana KODAM IV/ Diponegoro.
     Bangunan Lawang Sewu secara arsitektur memang sangat indah dan menarik, tetapi sayangnya yang membuat terkenal dan menarik justru cerita mistis nya. Bahkan ada film yang menceriterakan tentang mistis dan angkernya nya bangunan ini dan ada juga siaran TV swasta nasional yang mengadakan siaran  Uji Nyali dengan lokasi di sini. 
Sebelum dipugar, bangunan ini tidak terawat dan tertutup untuk umum, tetapi setelah dipugar tempat ini menjadi kelihatan bersih dan mulai dibuka untuk umum.
     Dengan dibuka nya tempat ini untuk umum, berarti terbukalah kesempatan saya untuk mewujudkan keinginan untuk bisa mengunjungi bangunan ini, sekaligus membuktikan tentang cerita mistis yang sering dihembuskan oleh banyak media dan paranormal.
Setelah sebelumnya membuat janji dengan petugas yang berjaga di LawangSewu, sekitar jam 21.30 saya tiba di lokasi.  Tujuan pertama saya adalah menikmati keindahan arsitektur gothic nya dengan mengelilingi komplek bangunan, setelah cukup puas menikmati keindahan bangunan, maka saatnya ke tujuan ke dua yaitu ke ruang bawah tanah yang kata banyak orang banyak hantu nya.......:-D
Saat itu waktu sudah menunjukkan sekitar jam 23.00, setelah sebelumnya memakai sepatu boots dan ditemani seorang pemandu, mulailah penjelajahan ruang bawah dari bangunan LawangSewu. Dari pemandu yang saya lupa namanya ( maaf ya mas...:-D ), meluncurlah banyak informasi tentang sejarah ruang bawah tanah ini.
     Ruang bawah tanah dari bangunan LawangSewu yang terdiri dari 8 ruangan bagian kanan dan 8 ruangan bagian kiri. Setiap ruangan terdiri dari 16 kotak kolam berukuran 1,5 x 1,5 meter dan dalam sekitar 60 cm, pada awal berdirinya digunakann sebagai ruang penyimpanan air yang sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan penyejuk bagi ruangan ruangan di atas nya, sehingga semua ruangan di LawangSewu walaupun tidak memakai AC akan tetap terasa sejuk, meski suhu diluar bangunan sangat panas.
   Ketika jaman penjajahan Jepang, ruang ini berubah fungsi menjadi Penjara Bawah Tanah. Dimana 5 -9 orang dimasukkan dalam sebuah kotak kolam kemudian diisi air sebatas leher dan ditutup pintu besi. karena banyaknya yang ditangkap maka Jepang juga membuat penjara berdiri yang jumlahnya cukup banyak, dimana mereka berdesakan berdiri kemudian ditutup pintu besi sampai mereka mati. Jika dalam seminggu, yang mereka masih hidup ( penjara jongkok maupun berdiri ), maka kepala mereka akan dipenggal dalam ruangan khusus dan mayat nya dibuang di sungai sebelah gedung ( kali Semarang ).
   Perjalanan berkeliling di ruang bawah tanah sangatlah menarik, karena ternyata bangunan LawangSewu disamping memiliki Arsitektur yang indah juga memiliki Fisika Bangunan dengan teknik yang hebat dan ramah lingkungan. Salut dan salam hormat untuk Prof. Jacob F. Klinkhamer ( TH Delft ) dan B.J. Quendag yang meng-arsitek-i bangunan ini..Hebat sekali pemikiran dan rancangan anda...:-)
Tidak terasa waktu sudah hampir jam 01.00, tapi...mana hantu nya yaa???? jangan kan nongol, ngintip aja juga kagak.....
Karena sudah larut malam, mending cari kopi di taman Tugu Muda aja dech.., yang terletak di seberang jalan dari gedung LawangSewu....
Ayo.....datang aja  ke LawangSewu, kota Semarang....:-D