Obyek wisata di daerah kabupaten Semarang yang
lokasinya juga dilewati oleh salah satu jalur pendakian ke Gunung Ungaran adalah Kawasan Candi Gedong Songo. Tepatnya berlokasi ini berada di dusun Darum,
Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan GPS
Waypoint: 7°12’39.72”S (Latitude) 110°20?32.88” E (Longitude) dan Google Map
Refference (-7.211033,110.342467)
Gedong Songo berasal dari bahasa jawa, "Gedong" berarti rumah atau bangunan, "Songo" berarti sembilan. Jadi arti kata GedongSongo adalah sembilan ( kelompok ) bangunan
Kawasan ini berketinggian 1200 mdpl dengan suhu rata-rata 19o - 27o Celcius dan memiliki bio energi terbaik di Asia. Bioenergi di kawasan ini bahkan lebih baik dari yang berada di pegunungan Tibet atau pegunungan lain di Asia. Dengan menghirup bioenergi ini akan dapat memberikan kesegaran di jiwa dan raga yang akan sangat membantu untuk kesehatan dan membantu meningkatkan kualitas hidup.
Kawasan ini berketinggian 1200 mdpl dengan suhu rata-rata 19o - 27o Celcius dan memiliki bio energi terbaik di Asia. Bioenergi di kawasan ini bahkan lebih baik dari yang berada di pegunungan Tibet atau pegunungan lain di Asia. Dengan menghirup bioenergi ini akan dapat memberikan kesegaran di jiwa dan raga yang akan sangat membantu untuk kesehatan dan membantu meningkatkan kualitas hidup.
Menuju Lokasi
Untuk
menuju ke kawasan ini dapat dilakukan melalui berbagai arah, yaiitu :
- Dari
Arah Solo, turun di pasar Babadan kemudian
menyeberang dan naik minibus jurusan Sumowono. Turun di Pom bensin Gedong Songo
yang terletak di depan Gapuro bawah kawasan ini. Kemudian jalan kaki atau naik
ojek mehuju gerbang utama
Atau
turun di pasar Ambarawa, naik angkot ke pasar Bandungan lalu naik minibus jurusan
Sumowono turun di Pom bensin Gedong Songo
- Dari
Arah Semarang, naik bis jurusan Sumowono dari terminal
terboyo lalu turun di Pom bensin Gedong Songo.
Setelah
membayar tiket masuk ( Dewasa/5 tahun ke atas: Rp 5.000/orang dan Wisatawan asing Rp 25.000/orang
), maka kita akan memasuki Gapuro Utama untuk memulai menjelajah kawasan ini.
Penjelajahan bisa dilakukan dengan jalan kaki atau sewa kuda dengan tarif
sesuai tujuannya yaitu Wisata Desa Rp 25.000 (Wisman Rp 35.000), ke
Air Panas Rp 40.000 (Wisman Rp 60.000),
ke Candi II Rp 30.000 (Wisman Rp 40.000) dan paket candi Songo Rp 50.000
(Wisman Rp 70.000)
Sejarah Candi Gedong Songo
Di
tahun 1740, Loten menemukan kawasan Candi Gedong Songo. Raffles mencatat
kawasan ini dengan nama Gedong Pitoe ( baca : Pitu / Tujuh ) pada tahun 1804, karena saat itu hanya
ditemukan tujuh kelompok bangunan. Pada 1825, Van Braam membuat publikasi
tentang kawasan ini, kemudian di 1865 Friederich
dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedong Songo. Tahun 1908, Van Stein
Callenfels melakukan penelitian terhadap kawasan candi dan Knebel melakukan inventarisasi pada tahun
1910-1911
Sampai saat ini,
sejarahwan belum dapat memastikan kapan candi itu dibangun dan siapa pendiri komplek
candi Gedongsongo. Tetapi dari bentuk arsitektur candi, terutama bentuk bingkai
kaki candi, dapat disimpulkan bangunan candi ini sejaman dengan komplek candi
Dieng. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar abad VIII M, pada masa pemerintahan
Dinasti Sanjaya. Hanya saja siapa nama raja pendirinya belum dapat
diketahui.
Candi
Gedongsongo berlatar belakang agama hindu, hal ini dapat dilihat dari arca-arca
yang menempati relung-relung candi. Misalnya arca Siwa Mahadewa, Siwa Mahaguru,
Ganesa, Dhurga Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala.
Menurut
Pakar Candi, Evi Saraswati, menyebutkan bangunan candi di Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu candi Hindu dan Candi Budha. Ciri umum dari
kedua tipe tersebut terletak pada bentuk bangunan. Candi Hindu cenderung
ramping, lancip dan tinggi. Sedangkan Candi Budha berbentuk bulat dan besar
seperti candi Borobudur.
Dilihat
dari fungsinya candi juga dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu candi sebagai tempat pemujaan atau ibadah dan candi yang dipakai sebagai tempat pemakaman.
Candi
yang berada di kawasan Gedongsongo ini diperkirakan merupakan candi untuk
pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu.
Diperkirakan abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai
ajaran Hindu orang yang meninggal biasanya dibakar.
Bangunan
candi yang masih utuh bentuknya kini tinggal lima bangunan, yaitu candi I, II,
III, IV dan V. Candi I terdiri satu bangunan dan masih utuh, candi II terdiri
dua bangunan bangunan induk masih utuh dan satunya lagi tidak utuh. Candi III
terdiri dari tiga bangunan yang semuanya masih utuh. Candi IV terdapat empat
bangunan candi, tetapi tinggal satu bangunan candi saja yang masih utuh.
Sedangkan Candi V tampat bekas-bekas pondasi candi yang menunjukkan bahwa di
sana dahulu banyak sekali bangunan candi. Tetapi sekarang tinggal satu bangunan
candi induk yang masih utuh. Candi VI, VII, VIII dan IX sekarang sudah tidak
jelas lagi sisa-sisanya, karena beberapa reruntuhan bangunan yang terdapat di
sana banyak yang diamankan. Demikian pula beberapa arca juga disimpan oleh
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Legenda Hanoman, Ratu Sima, Mbah Murdo dan
Nyai Gayatri
Menurut cerita rakyat setempat, kawasan dimana
Candi Gedong Songo berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk mengubur
Dasamuka ( Rahwana ) ketika perang besar antara Rama dan Dasamuka.di dalam
cerita pawayangan Ramayana dikisahkan Dasamuka menculik Dewi Sinta ( istri dari
Rama ) untuk dijadikan istrinya. Untuk merebut Sinta kembali maka terjadilah
perang besar antara pihak Dasamuka dengan tentara raksasanya melawan Rama
dengan pasukan kera yang di pimpin Hanoman. Karena kesaktiannya maka Rahwana
tidak bisa mati, sehingga Rama mengeluarkan senjata pamungkasnya, sehingga melarikan diri dan
bersembunyi di sebuah bukit. Melihat itu Hanoman kemudian mengangkat sebuah
gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Sehingga tertimbun hidup-hidup oleh
gunung yang kemudian hari disebut sebagai gunung Ungaran.
Dasamuka
yang tertimbun hidup-hidup di dasar gunung Ungaran setiap hari mengeluarkan
rintihan berupa suara menggelegak yang sebenarnya berasal dari sumber air panas
yang terdapat kawasan ini. Konon semasa hidupnya Dasamuka gemar minum minuman
keras hingga siapapun yang datang ke Gunung Ungaran dengan membawa minuman
keras akan membangkitkan nafsu Dasamuka. Apabila mencium aroma miras maka erangan
Dasamuka makin menjadi-jadi, ditandai sumber air panas makin menggelegak. Kalau
sampai tubuh Dasamuka bergerak-gerak bahkan bisa menimbulkan gempa kecil.
Masyarakat
setempat juga meyakini, Candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima untuk
persembahan kepada Dewa dan tiap kali menghadapi masalah yang pelik Ratu Sima
bersemedi di candi ini agar mendapatkan jalan keluar yang terbaik.
Agaknya,
candi ini mempunyai kekuatan yang sakti. Buktinya, kebesaran Ratu Sima diakui
oleh lawan-lawannya. Bahkan beberapa kerajaan takluk dan tunduk di bawah
kekuasan Ratu Sima
Sampai
saat ini banyak pengunjung yang melakukan ritual khusus di candi tersebut.
Mereka memohon berbagai pertolongan agar tujuannya dapat dikabulkan. Kabarnya,
candi yang paling banyak dipakai untuk bersemedi adalah candi yang terletak di
deretan paling atas.
Disamping itu ada keyakinan jika kawasan candi songo ini ditunggu oleh
makhluk gaib yang berjuluk Mbah Murdo
sehingga sebelum memasuki wilayah Candi Gedong Songo, sebaiknya pengunjung
meminta ijin terlebih dulu kepada Mbah Murdo, yang dipercaya sebagai penghuni
gaib kawasan ini dengan cara menyampaikan
salam kepadanya, agar perjalanan atau ritual Anda tak terganggu.
Diantara Candi ke III dan Candi ke IV,
terdapat sumber air panas yang mengandung kadar belerang yang tinggi. Dipercaya
bahwa air ini penuh tuah, terutama untuk menyembuhkan penyakit kulit dan sumber
air ini dijaga oleh Nyai Gayatri,
perempuan asal Pulau Dewata.. Semasa hidupnya Nyai Gayatri adalah dayang Ratu
Sima, Ketika meninggal dunia, ia memilih menjaga mata air yang mengandung
belerang itu.