Jumat, 29 Januari 2016

Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Obyek wisata di daerah kabupaten Semarang yang lokasinya juga dilewati oleh salah satu jalur pendakian ke Gunung Ungaran adalah Kawasan Candi Gedong Songo. Tepatnya berlokasi ini berada di dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan GPS Waypoint: 7°12’39.72”S (Latitude) 110°20?32.88” E (Longitude) dan Google Map Refference (-7.211033,110.342467)
Gedong Songo berasal dari bahasa jawa, "Gedong" berarti rumah atau bangunan, "Songo" berarti sembilan. Jadi arti kata GedongSongo adalah sembilan ( kelompok ) bangunan
Kawasan ini berketinggian 1200 mdpl dengan suhu rata-rata 19o - 27o Celcius dan memiliki bio energi terbaik di Asia. Bioenergi di kawasan ini bahkan lebih baik dari yang berada di pegunungan Tibet atau pegunungan lain di Asia. Dengan menghirup bioenergi ini akan dapat memberikan kesegaran di jiwa dan raga yang akan sangat membantu untuk kesehatan dan membantu meningkatkan kualitas hidup. 

Menuju Lokasi
Untuk menuju ke kawasan ini dapat dilakukan melalui berbagai arah, yaiitu :
-      Dari Arah Solo, turun di pasar Babadan kemudian menyeberang dan naik minibus jurusan Sumowono. Turun di Pom bensin Gedong Songo yang terletak di depan Gapuro bawah kawasan ini. Kemudian jalan kaki atau naik ojek mehuju gerbang utama
Atau turun di pasar Ambarawa, naik angkot ke pasar Bandungan lalu naik minibus jurusan Sumowono turun di Pom bensin Gedong Songo
-     Dari Arah Semarang, naik bis jurusan Sumowono dari terminal terboyo lalu turun di Pom bensin Gedong Songo.

Setelah membayar tiket masuk ( Dewasa/5 tahun ke atas: Rp 5.000/orang dan Wisatawan asing Rp 25.000/orang ), maka kita akan memasuki Gapuro Utama untuk memulai menjelajah kawasan ini. Penjelajahan bisa dilakukan dengan jalan kaki atau sewa kuda dengan tarif sesuai tujuannya yaitu  Wisata Desa Rp 25.000 (Wisman Rp 35.000), ke  Air Panas Rp 40.000 (Wisman Rp 60.000), ke Candi II Rp 30.000 (Wisman Rp 40.000) dan paket candi Songo Rp 50.000 (Wisman Rp 70.000)

Sejarah Candi Gedong Songo
        Di tahun 1740, Loten menemukan kawasan Candi Gedong Songo. Raffles mencatat kawasan ini dengan nama Gedong Pitoe ( baca : Pitu / Tujuh )  pada tahun 1804, karena saat itu hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Pada 1825, Van Braam membuat publikasi tentang kawasan ini, kemudian di 1865  Friederich dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedong Songo. Tahun 1908, Van Stein Callenfels melakukan penelitian terhadap kawasan candi dan  Knebel melakukan inventarisasi pada tahun 1910-1911
       Sampai saat ini, sejarahwan belum dapat memastikan kapan candi itu dibangun dan siapa pendiri komplek candi Gedongsongo. Tetapi dari bentuk arsitektur candi, terutama bentuk bingkai kaki candi, dapat disimpulkan bangunan candi ini sejaman dengan komplek candi Dieng. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar abad VIII M, pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya. Hanya saja siapa nama raja pendirinya belum dapat diketahui. 
       Candi Gedongsongo berlatar belakang agama hindu, hal ini dapat dilihat dari arca-arca yang menempati relung-relung candi. Misalnya arca Siwa Mahadewa, Siwa Mahaguru, Ganesa, Dhurga Nahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala.
Menurut Pakar Candi, Evi Saraswati, menyebutkan bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu candi Hindu dan Candi Budha. Ciri umum dari kedua tipe tersebut terletak pada bentuk bangunan. Candi Hindu cenderung ramping, lancip dan tinggi. Sedangkan Candi Budha berbentuk bulat dan besar seperti candi Borobudur.
Dilihat dari fungsinya candi juga dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu candi sebagai tempat pemujaan atau ibadah dan candi yang dipakai sebagai tempat pemakaman.
          Candi yang berada di kawasan Gedongsongo ini diperkirakan merupakan candi untuk pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu. Diperkirakan abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai ajaran Hindu orang yang meninggal biasanya dibakar. 
Bangunan candi yang masih utuh bentuknya kini tinggal lima bangunan, yaitu candi I, II, III, IV dan V. Candi I terdiri satu bangunan dan masih utuh, candi II terdiri dua bangunan bangunan induk masih utuh dan satunya lagi tidak utuh. Candi III terdiri dari tiga bangunan yang semuanya masih utuh. Candi IV terdapat empat bangunan candi, tetapi tinggal satu bangunan candi saja yang masih utuh. Sedangkan Candi V tampat bekas-bekas pondasi candi yang menunjukkan bahwa di sana dahulu banyak sekali bangunan candi. Tetapi sekarang tinggal satu bangunan candi induk yang masih utuh. Candi VI, VII, VIII dan IX sekarang sudah tidak jelas lagi sisa-sisanya, karena beberapa reruntuhan bangunan yang terdapat di sana banyak yang diamankan. Demikian pula beberapa arca juga disimpan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.

Legenda Hanoman, Ratu Sima, Mbah Murdo dan Nyai Gayatri
         Menurut cerita rakyat setempat, kawasan dimana Candi Gedong Songo berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk mengubur Dasamuka ( Rahwana ) ketika perang besar antara Rama dan Dasamuka.di dalam cerita pawayangan Ramayana dikisahkan Dasamuka menculik Dewi Sinta ( istri dari Rama ) untuk dijadikan istrinya. Untuk merebut Sinta kembali maka terjadilah perang besar antara pihak Dasamuka dengan tentara raksasanya melawan Rama dengan pasukan kera yang di pimpin Hanoman. Karena kesaktiannya maka Rahwana tidak bisa mati, sehingga Rama mengeluarkan senjata  pamungkasnya, sehingga melarikan diri dan bersembunyi di sebuah bukit. Melihat itu Hanoman kemudian mengangkat sebuah gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Sehingga tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang kemudian hari disebut sebagai gunung Ungaran. 
Dasamuka yang tertimbun hidup-hidup di dasar gunung Ungaran setiap hari mengeluarkan rintihan berupa suara menggelegak yang sebenarnya berasal dari sumber air panas yang terdapat kawasan ini. Konon semasa hidupnya Dasamuka gemar minum minuman keras hingga siapapun yang datang ke Gunung Ungaran dengan membawa minuman keras akan membangkitkan nafsu Dasamuka. Apabila mencium aroma miras maka erangan Dasamuka makin menjadi-jadi, ditandai sumber air panas makin menggelegak. Kalau sampai tubuh Dasamuka bergerak-gerak bahkan bisa menimbulkan gempa kecil.
          Masyarakat setempat juga meyakini, Candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima untuk persembahan kepada Dewa dan tiap kali menghadapi masalah yang pelik Ratu Sima bersemedi di candi ini agar mendapatkan jalan keluar yang terbaik. 
Agaknya, candi ini mempunyai kekuatan yang sakti. Buktinya, kebesaran Ratu Sima diakui oleh lawan-lawannya. Bahkan beberapa kerajaan takluk dan tunduk di bawah kekuasan Ratu Sima
Sampai saat ini banyak pengunjung yang melakukan ritual khusus di candi tersebut. Mereka memohon berbagai pertolongan agar tujuannya dapat dikabulkan. Kabarnya, candi yang paling banyak dipakai untuk bersemedi adalah candi yang terletak di deretan paling atas. 
       Disamping itu ada keyakinan  jika kawasan candi songo ini ditunggu oleh makhluk gaib yang berjuluk Mbah Murdo sehingga sebelum memasuki wilayah Candi Gedong Songo, sebaiknya pengunjung meminta ijin terlebih dulu kepada Mbah Murdo, yang dipercaya sebagai penghuni gaib kawasan ini dengan cara menyampaikan  salam kepadanya, agar perjalanan atau ritual Anda tak terganggu. 
Diantara Candi ke III dan Candi ke IV, terdapat sumber air panas yang mengandung kadar belerang yang tinggi. Dipercaya bahwa air ini penuh tuah, terutama untuk menyembuhkan penyakit kulit dan sumber air ini dijaga oleh Nyai Gayatri, perempuan asal Pulau Dewata.. Semasa hidupnya Nyai Gayatri adalah dayang Ratu Sima, Ketika meninggal dunia, ia memilih menjaga mata air yang mengandung belerang itu. 

Terlepas dari legenda dan sejarah, bagaimanapun tempat ini memang merupakan lokasi yang cocok untuk merileks kan dan merefresh kan tubuh dengan udara nya yang bersih, suasana sejuk nan asri dan sentuhan nuansa adventure ( baik jalan kaki maupun berkuda ). Jadi tidak ada salahnya kalau rekan rekan berkunjung ke tempat ini........:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar