Setiap masuk bulan Ramadhan, saya menjadi teringat pengalaman ketika bulan Ramadhan tahun 2015 yang
lalu yaitu ketika kami diberi kesempatan dan mendapat undangan untuk
menghadiri dan presentasi di sebuah Konferensi di Politech Orleans, Perancis.
Konferensi
di adakan pada tanggal 29 Juni – 2 Juli 2015, dimana tanggal itu berada di tengah-tengah
bulan Ramadhan 1437 H yang jatuh pada
tanggal 17 Juni – 16 Juli 2015. Maka persiapanpun mulai dilakukan dengan berkunjung dan bertanya ke salah seorang sesepuh yang memiliki banyak
wawasan yaitu simbah Google...😁😁
Setelah browsing tentang banyak hal terutama mengenai suasana puasa dan waktu berbuka di
negara tersebut, ternyata waktu puasanya sekitar 18 jam ( 4 jam lebih lama dari waktu
puasa di Indonesia) dengan iklim Eropa yang lagi musim Panas dan suasana
Ramadhan yang pasti berbeda dengan negara yang mayoritas muslim, sempat terlintas di pikiran untuk tidak menghadiri undangan tersebut atau
kalaupun harus berangkatpun akan menjadi musafir saja
dan mengganti dengan puasa di hari lain. Apalagi pengajuan Visa Schengen di TLS ( agen yang ditunjuk oleh Perancis untuk pengurusan Visa ) sampai 5 hari
sebelum keberangkatan belum ada kabarnya alias kabar kabur.
Tapi
ternyata pada 3 hari sebelum tanggal keberangkatan atau 5 hari sebelum konferensi
diadakan, ada kabar dari TLS bahwa pengajuan visa telah di approve dan
diminta segera mengambilnya.
Hal ini membuat berpikir, mungkin ini adalah jalan yang sudah ditentukan Allah agar tetap berangkat. Dan sebagai rasa syukur atas karunia tersebut tersebut maka kami membulatkan
niat untuk tetap berpuasa Ramadhan apapun yang akan terjadi dan apapun
kondisinya. Pokoknya Bismillah aja....Ku kan Puasa dengan Bismillah (menyadur judul Film Kulamar Kau dengan Bismillah)....😁😁
Tanggal
27 Juni 2015 siang waktu Indonesia, berangkat dari Semarang menuju Singapore.
Waktu tempuh Semarang ke Singapura adalah 2 jam dan selisih waktunya adalah 1 jam lebih awal dari Waktu Indonesia Bagian Barat.
Di Singapura, masih bisa berbuka puasa karena waktu berbuka di Singapura adalah
sekitar jam 18.30 dan pesawat menuju
Dubai berangkat pada jam 22.00.
Perjalalanan
Singapura ke Dubai memerlukan waktu sekitar 7 jam dengan selisih waktu mundur 5
jam dari waktu Singapura. Tiba di Dubai di tanggal 28 Juni 2015 sekitar jam 01.00,
menurut simbah Google ( lagi ), Dubai mempunyai waktu Fajr jam 4.00. Jadi tinggal dikurangi sekitar 10 menit atau
sekitar 10 ayat dari waktu Fajr adalah waktu Imsak. Sehingga masih mempunyai waktu Sahur sampai jam 03.50.
Oleh
karena itu, beruntunglah orang yang berada di Indonesia karena mempunyai waktu
Imsak yang membantu mengingatkan batas waktu sahur.
Jam 4.00 waktu Dubai, pesawat yang menuju Perancis berangkat dan perjalanan akan memakan waktu selama 7 jam. Disinilah, ujian puasa dimulai karena selama di pesawat
makanan yang terlihat lezat disajikan dan minuman beraneka rasa juga selalu
ditawarkan kepada seluruh penumpang. Coba bayangkan, Apa tidak cleguk-cleguk
sodara-sodara..? Apa penghuni perut tidak
langsung bangun & berdemo? ..😁😁😁
Sempat
saya lihat, beberapa orang dengan wajah Timur Tengah yang menjadi penumpang
juga ikut menikmati hidangan yang disajikan. Terlintas pikiran su’udzon kalau mereka tidak menghargai bulan puasa
tapi pikiran itu segera saya singkirkan dan berpikir bahwa mungkin mereka sedang menjadi musafir atau
mungkin mereka memang bukan muslim.
Jadi
teringat kalimat dari seorang ustadz ketika dulu saya belajar mengaji yang
mengatakan bahwa “Agama Islam bukan milik orang Arab tetapi milik orang yang
mendapatkan hidayah Allah “.
Waktu Maghrib di Perancis adalah sekitar jam 22.00, masih 13 jam lagi untuk berbuka puasa. Sehingga hari pertama kami di
Prancis, waktu berpuasa adalah sekitar 20 jam tetapi dengan ijin Allah kami bisa
melalui nya. Alhamdulillah...🙏
Oh
iya, ada cerita yang menarik ketika kami keluar Garbarata ( Belalai Gajah
) dari pesawat menuju pemeriksaan
Imigrasi yaitu polisi yang berjaga di pintu keluar Garbarata membiarkan
orang-orang bertampang bule yang berjalan di depan kami untuk
lewat, tetapi kami dihentikan dan diminta menunjukkan Paspor. Dan setelah setelah
melihat paspor, mereka tersenyum, acungkan
jempol dan berkata ’Good’. Meski tidak paham dengan maksud acungan jempol dan
kata tersebut, kami pun melanjutkan ke area imigrasi. Apa karena wajah asia ini ya??... 😁😁.....EGP ( Emang Gue Pikirin ),
yang penting lancar aja lah.
Welah....ternyata
apa yang kami alami itu tadi ternyata belum seberapa, karena terlihat
seorang kulit hitam yang yang sampai dikejar dan ditanya-tanya ( mungkin lebih
lama dari kami ), padahal dia sudah hampir sampai di depan pemeriksaan Imigrasi.
Dari
Bandara Charles de Gaulli kemudian naik kereta MRT ( Mass Rapid Transit ) menuju
stasiun Gare D’Austeritz lalu ganti jurusan ke Stasiun Gare de
Orleans
Di
hari kedua yaitu tanggal 29 Juni 2015 adalah sahur pertama di Prancis.
Disini mempunyai waktu sahur sampai jam 04.00
karena waktu subuh di Perancis sekitar jam itu dan waktu maghrib atau berbuka puasa sekitar jam 22.00. Jadi waktu berpuasa sekitar 18 jam.
Hampir jam 22.00. Tunggu Buka Puasa |
Cerita
kegiatan lain selama di Negeri ini, akan saya tulis di judul artikel lain aja,.biar tidak melenceng dari topik....karena si topik lagi tidur...,😁😁..
Setelah
semua kegiatan dan semua misi, baik yang formal maupun yang rahasia sudah selesai,
kamipun bersiap-siap untuk kembali ke
Indonesia....Mak’e, aku pulaang....😁😁😁
Tanggal
6 Juli sekitar jam 13.00 waktu Prancis, pesawat take off menuju Abu Dabi. Saya merasa
selama perjalanan pulang ini, kasih, berkah dan nikmat Allah banyak tercurah dan mengalir. Bagaimana tidak?? Kalau perjalanan berangkat dari Indonesia ke
Prancis, waktunya berpuasanya mundur menjadi lebih lama tetapi perjalanan dari Prancis ke Indonesia adalah sebaliknya yaitu maju menjadi lebih cepat. Karena memang
perbedaaan waktu seperti yang sudah saya jelaskan di atas.
Lalu, makanan yang selama perjalanan berangkat hanya bisa dilihat tetapi saat pulang ini bisa dinikmati dalam perjalanan Prancis ke Abu Dabi dan di perjalanan dari Abu Dabi ke
Singapura pun masih bisa menikmati makan sahur.
Naah....soal makan sahur yang ini ada cerita menarik yaitu salah seorang pramugari mengajak kami bicara dengan bahasa melayu ketika masuk pesawat, dari logatnya mungkin dia dari Malaysia. Ternyata wajah kami memang wajah Asia banget... Bravo Asia...heheheh... Dia itulah yang membangunkan dan mengantar makanan untuk sahur. Trimaa kasiiih kak Roooss....betul3x...😁😁😁..
Sampai
di Singapura tanggal 7 Juli 2015 sekitar jam 9.00, lalu transiit menuju Jakarta
dan lanjut transit lagi ke Semarang.
Dan ketika sampai
Semarang sekitar jam 18.00, setelah membatalkan puasa dengan minum maka ayam dan bebek goreng nya bu Kliwon di Kokrosono Semarang, bisa dinikmati juga. Maknyus rasanyo...Tambo ciek....😁😁...
Puasa
adalah sebuah kegiatan religi yang hanya kita dan Allah yang tahu, bahkan
pahalanya pun hak prerogatif Nya dan tidak ada seorangpun manusia yang tahu
cara menghitungnya. Tetapi pengalaman berpuasa ketika melakukan perjalanan jauh,
musim yang berbeda dan berada di negara
yang secara kultur jauh dari ciri negara muslim tentunya memberikan pengalaman
yang sangat unik dan menarik bagi saya, baik pengalaman fisik maupn pengalaman
hati.
Mas
bro, mbak sis, pakde, bude, om, tante....tulisan ini hanyalah sebuah tulisan
untuk sekedar berbagi cerita, tidak ada sedikitpun maksud untuk pamer, sombong
atau riya’. Yah...anggap aja tulisan ini seperti cerita ketika kita sedang berkumpul
dan ngobrol dalam suasana yang akrab sambil minum kopi dan makan pisang goreng di teras rumah.
Wassalamu’alaikum
Wr Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar